|
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ {١} |
1. Aku memulai bacaan Al-Qur'an dengan menyebut nama Allah dan dengan meminta pertolongan kepada-Nya. Allah adalah nama Rabb yang berhak diibadahi, sedangkan selain-Nya tidak ada yang berhak diibadahi. Ia merupakan nama Allah yang paling khusus sehingga tidak ada sesuatu yang diberi nama dengan nama ini. "Ar-Rahman" adalah Dzat Pemilik atau )emberi Rahmat yang bersifat umum, dimana keluasaan rahmat-Nya meliputi seluruh makhluk. Sedangkan "Ar-Rahim" adalah Pemberi Rahmat secara khusus kepada orang-orang yang beriman. Keduanya merupakan bagian di antara sekian banyak nama yang dimiliki Allah yang mengandung penetapan sifat rahmat bagi Allah sesuai dengan keagungan-Nya.
|
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ {٢} |
2. Pujian (sanjungan) kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan sifat-sifat-Nya yang seluruhnya merupakan sifat-sifat kesempurnaan dan dengan nikmat-nikmat-Nya yang lahir maupun batin, dimana bersifat dunia maupun duniawiyah. Didalamnya terdapat perintah kepada para hamba-Nya agar memberikan pujian kepada-Nya, karena hanya Dia-lah yang berhak mendapatkan. Dia-lah yang menciptakan makhluk, yang mengatur urusan mereka, yang memelihara seluruh ciptaan-Nya dengan nikmat-nikmat-Nya, dan yang memelihara para wali keikasih)-Nya dengan ilmiah serta amal Shalih. |
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ {٣} |
3. "Ar-Rahman" adalah Dzat yang rahmat-Nya bersifat umum, yang begitu luas meliputi seluruh makhluk-Nya. Sedangkan "Ar-Rahim" adalah Dzat yang Rahmat-Nya khusus diperuntukkan bagi orang-orang beriman. Keduanya merupakan bagian dari nama-nama Allah. |
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ {٤} |
4. Hanya Allah penguasa Hari Kiamat. Yaitu Hari Pembalasan atas seluruh amal perbuatan. Ayat yang dibaca oleh setiap muslim dalam setiap rakaat shakatnya ini merupakan pengingat baginya akan Hari Akhir. Juga merupakan sebuah dorongan agar selalu melakukan persiapan dengan mengerjakan amal shalih dan menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan dan keburukan (dosa). |
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ {٥} |
5. Kami mengkususkan ibadah hanya kepada-Mu dan meminta pertolongan hanya kepada-Mu dalam segala urusan kami. Segala urusan ada di Tangan-Mu; tidak ada seorangpun yang memiliki kekuasaan terhadapnya sekecil apapun. Ayat ini menjadi dalil bahwa seseorang hamba tidak boleh memalingkan satu jenis ibadah pun, seperti doa, istighatsah, penyembelihan, dan tawaf, kecuali untuk Allah subhanahu wa ta'ala. Di dalamnya juga berisi penawar bagi hati dari penyakit ketergantungan kepada selain Allah subhanahu wa ta'ala dan penawar dari penyakit riya, ujub dam sombong. |
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ {٦} |
6. Tunjukilah dan bimbinglah kami, serta berikanlah taufik kepada kami menuju jalan yang lurus. Teguhkanlah kami di atas jalan lurus Ini, yaitu Islam, hingga kami bertemu dengan-Mu. Sebab, Islam-lah jalan yang jelas, yang akan mengantarkan hamba menuju keridhoan Allah subhanahu wa ta'ala dan menuju surga-Nya; di mana telah ditunjukkan oleh penutup para nabi dan rasul, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Maka tidak ada jalan menuju kebahagiaan seorang hamba kecuali dengan beristiqomah di atasnya. |
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ {٧} |
7. Yaitu jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat, yang terdiri dari kalangan para nabi, shidiqin, syuhada, dan salihin. Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan istiqomah di atasnya. Janganlah Engkau jadikan kami sebagai bagian dari orang-orang yang menempuh jalan kaum yang dimurkai, yang sebenarnya mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mau mengamalkannya, yaitu Kaum Yahudi, serta orang-orang yang menyerupai mereka. Demikian juga bukan jalan orang-orang yang tersesat, yaitu orang-orang yang tidak mendapatkan petunjuk sehingga tersesat jalannya, yaitu kamus Nasrani dan orang-orang yang mengikuti perilaku mereka.
Doa ini (ayat 6 dan 7) berisi penawar bagi hati orang muslim dan penyakit ingkar (juhud), kebodohan (jahl) dan kesesatan (dhalal). Ayat ini juga menunjukkan bahwa nikmat yang paling besar secara mutlak adalah nikmat Islam. Barangsiapa yang lebih mengenal kebenaran dan lebih mau mengikuti kebenaran ini maka ia lebih layak untuk berada di jalan yang lurus. Tidak diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah Waalaikumsalam adalah adalah manusia yang paling layak mendapatkannya setelah Nabi, Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencurahkan Rahmat kepada mereka. Dengan demikian, ayat ini juga menunjukkan keutamaan-keutamaan mereka serta keagungan status dan kedudukan mereka. Semoga Allah memberikan keridhoan kepada mereka.
Disunnahkan mengucapkan Amin bagi orang yang telah selesai membaca Al Fatihah dalam shalat. Sedangkan arti kata amin adalah Allahumma istajib (Ya Allah, kabulkanlah). Menurut kesepakatan para ulama, kata ini bukan bagian dari surat Al-Fatihah. Oleh karena itu mereka mereka sepakat untuk tidak menulisnya dalam mushaf.
|
|